Selamat datang ke MRII Bern.

Kami senang atas kunjungan anda ke website kami. Kami berharap Saudara mendapatkan informasi yang diperlukan dan semoga artikel-artikel yang dimuat dapat menjadi berkat juga. Terlebih lagi, kami berharap bisa bersekutu bersama dengan Saudara di Kebaktian Minggu.


Ringkasan PA 2 Mei 2009

Hari Keenam (Katekismus Heidelberg)
Q. 16. Why must he (our saviour) be very man, and also perfectly righteous?
A. Because the justice of God requires that the same human nature which has sinned, should likewise make satisfaction for sin; and one, who is himself a sinner, cannot satisfy for others.
Q. 17. Why must he in one person be also very God?
A. That he might, by the power of his Godhead, sustain in his human nature, the burden of God's wrath;
Q. 18. Who then is that Mediator, who is in one person both very God, and a real righteous man? A. Our Lord Jesus Christ: "who of God is made unto us wisdom, and righteousness, and sanctification, and redemption."
Kita membahas mengenai doktrin Kristologi yang erat kaitannya dengan doktrin Soteriologi (keselamatan). Dalam reformed theology, khususnya dalam teologi Calvin konsep keuntungan atau manfaat dari Kristus sangatlah kental. Sebenarnya tidak ada perpisahan atau separasi antara doktrin dan everyday living. Teologi tidak hanya memuaskan kehausan kognitif tetapi harus mempunyai aspek spiritual praktis, dan konsep ini dipegang terus oleh Calvin dan para Reformator lainnya. Adanya perpisahan mungkin terjadi ketika kita mulai menyelidiki teologi sebagai objek pengetahuan, bukannya merenungkan dan bermeditasi atas kebenaran Firman Tuhan.

Kita melihat di sini bahwa ada 2 natur dalam pribadi Kristus yang hanya satu, yaitu natur allah dan natur manusia. Konsep ini kebalikannya dari konsep Tritunggal, di mana Allah mempunyai 1 esensi tetapi 3 pribadi. Kita harus bisa menerima konsep 2 natur dalam satu pribadi ini sebagai suatu hal yang distinct but not separated (berbeda tetapi tidak berpisah). Distinct but not separated berarti bukan unity in uniformity, bukan juga distinct and therefore divided.

Manusia sering berusaha untuk mengerti konsep natur Allah dan natur manusia dalam satu pribadi ini dengan berbagai gambaran relasi atau hubungan, yaitu:
- Relasi either or: kalau bukan Allah, ya manusia (ini yang dipegang Islam)
- Relasi neither nor: bukan Allah, juga bukan manusia (a third something, akhirnya Yesus dipercaya sebagai divine human, tapi bukan Tuhan, bukan juga manusia)
- Relasi synthese: atau konsep kongsi (50%-50% atau proporsi lain), misalnya Yesus 50% Tuhan dan 50% manusia
- Relasi paradoks: relasi 100%-100%, yaitu Yesus adalah 100% Allah dan 100% manusia. Relasi paradoks ini juga berlaku dalam hubungan free will of man dan sovereignty of God.
Analogi yang bisa dipakai untuk membantu menjelaskan konsep 100%-100% ini adalah analogi audio. Misalnya ada 2 orang berbicara di dalam suatu ruangan, berarti ada 2 sumber suara. Kedua-dua sumber ini pada waktu yang bersamaan mengisi entity yang satu, yaitu ruangan tersebut dengan suara mereka, yang masih memiliki distinction masing-masing dan dapat dibedakan.

Alkitab selalu memunculkan natur Ilahi dan natur manusia dari Yesus dalam waktu atau kesempatan yang bergantian (konsep actual-potential). Contohnya: kita membaca mengenai transfigurasi Tuhan Yesus, Yesus membangkitkan Lazarus, Yesus berjalan di atas air, dlsb. Di sisi lain kita juga membaca mengenai Yesus yang lapar, haus, marah, menangis, dan dicobai. Ini karena keterbatasan kita sebagai manusia dalam ruang dan waktu. Contohnya, kita hanya bisa mengamati satu sisi dari coin pada suatu waktu tertentu. Ketika kita mau mengamati sisi yang lain, kita harus menggunakan waktu yang lain. Kita menyebut waktu ini kairos (kesempatan).

Sekarang kita balik kembali memikirkan, apakah keuntungan bagi saya untuk mengenal Yesus yang mempunyai 2 natur ?
- Pertama, kita mendapatkan penghiburan yang luar biasa, karena kita memiliki imam besar yang mendamaikan dosa kita dengan Allah Bapa, dan imam besar ini sendiri telah menderita karena pencobaan, maka itu Ia dapat menolong mereka yang dicobai. (Ibr 2 :17-18)
- Kedua, kita mempunyai pengharapan yang luar biasa, karena kuasaNya yang besar, Ia dapat mendamaikan dosa seluruh bangsa (Ibr 2 :17).

Kita harus selalu memegang keseimbangan antara dua natur ini, karena kalau kita jatuh ke salah satu excess maka kita akan menjadi timpang. Kalau kita terlalu miring ke natur manusia dari Yesus, maka kita akan menjadi humanist dan melihat Tuhan Yesus yang selalu pengertian, understanding, maklum, dan sampai-sampai memaklumi dosa dan kesalahan kita. Ini yang menjadi bahaya yang dialami di negera-negara di Eropa yang terlalu menekankan natur manusia Tuhan Yesus sehingga akhirnya terjerumus dalam humanism sekuler. Sebaliknya, kalau kita hanya menekankan sisi ilahi dari Yesus maka kita akan melihat Tuhan yang transcendent, yang berkuasa, tetapi tidak melihat Tuhan yang berinisiatif mau datang ke manusia dan Tuhan yang personal dan berrelasi dengan manusia.

Diskusi sampingan :
Orang Kristen sering bilang bahwa tanpa Yesus manusia tidak bisa happy. Tapi banyak orang bilang bahwa dia happy-happy saja dalam hidupnya, walaupun dia tidak kenal Tuhan. Tapi kita bisa tawarkan the greatest happiness yang hanya bisa dialami di dalam Kristus (Yoh 10:10). Yang menjadi perenungan kita sebagai orang Kristen, sewaktu kita menawarkan the greatest happiness tersebut, apakah kita sendiri merasa happy di dalam Tuhan? Kalau tidak, bagaimana kita menawarkannya kepada orang lain?
(Pdt. Billy Kristanto)
Ringkasan PA belum dikoreksi oleh Pengkhotbah