Hari Kesebelas (katekismus Heidelberg)
Q. 29. Mengapa Anak Allah yang bernama Yesus disebut sebagai Juruselamat?
A. Karena ia menyelamatkan kita, dan melepaskan kita dari dosa-dosa kita; (a) dan karenanya, kita tidak seharusnya mencari maupun bisa mendapatkan keselamatan dari yang lain. (b)
(a) Mat.1:21; Ibr.7:24,25. (b) Kis 4:12; Yoh 15:4,5; 1 Tim.2:5; Yes.43:11; 1 Yoh 5:11.
Q. 30. Apakah orang-orang yang mengaku diri percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya Juruselamat, masih mencari keselamatan maupun kesejahteraan mereka dalam orang-orang suci, atau dalam diri mereka sendiri, atau dari lainnya?
A. Tidak, karena mereka hanya mengakui dia dengan kata-kata, tetapi dalam kelakuan mereka menyangkal Yesus sebagai satu-satunya penolong dan Juru Selamat; (a) karena kalau demikian, salah satu dari dua hal ini haruslah benar, yaitu bahwa Yesus bukanlah Juruselamat yang sejati; atau mereka yang menerima sang Juruselamat dengan iman sejati pasti akan mendapatkan bahwa Ia memenuhi segala syarat yang diperlukan untuk keselamatan mereka. (b)
(a) 1 Kor.1:13,30,31; Gal.5:4. (b) Ibr.12:2; Yes.9:6; Col.1:19,20; Kol.2:10; 1 Yoh 1:7,16.
Yesus adalah nama yang sangat penting, namun itu bukan nama pribadi kedua dari Allah Tritunggal dari kekekalan. Itu adalah nama yang Tuhan pakai untuk mengkomunikasikan relasiNya dengan manusia. Yesus artinya yang menyelamatkan. Tuhanlah yang menyelamatkan manusia.
Dalam repentance atau pertobatan, ada dua perspektif yang bisa dipegang, yaitu perspektif sekali untuk selama-lamanya dan perspektif perpetual atau terus menerus. Keduanya benar, karena kita diselamatkan sekali untuk selama-lamanya dan dalam pernyataan ini, status keselamatan yang ditekankan. Tetapi secara kondisi, kita mengalami pengalaman salib sebagai suatu proses yang terus menerus kita lalui selama kita hidup.
Dalam karya keselamatan, kita percaya bahwa itu dikerjakan sepenuhnya oleh Kristus dan tidak ada yang bisa atau perlu ditambahkan ke karya yang telah dikerjakan Kristus dengan sempurna. Dalam agama lain, sebenarnya banyak hidden costs atau tambahan-tambahan yang diperlukan untuk mendapatkan keselamatan, tetapi tidak demikian di dalam keKristenan. Kalau begitu kita bertanya, dimanakah letaknya perbuatan baik dalam keKristenan? Seperti pernah dibahas, yaitu sebagai ucapan syukur atau thanksgiving.
Kita harus sadar betapa jauh kita telah jatuh dari keadaan mula-mula kita, baru kita sadar bahwa kita tidak mampu kontribusi apapun dalam keselamatan yang kita terima. Kalau kita tahu bahwa kejatuhan kita begitu dalam, dan setelah itu kita masih merasa mau kontribusi dalam keselamatan kita, maka itu sangatlah menghina karya Kristus. Ini dapat diumpamakan secara kasarnya seperti kita ditraktir makan di restoran yang mahal sekali, misalnya 500 chf per orang sekali makan, dan kita pikir kita mau kontribusi dengan membayar 25 cents. Bukankah ini menyatakan kita tidak tahu berterima kasih, dan bukannya menyatakan terima kasih kita? Ini menyatakan suatu penghinaan terhadap orang yang telah mentraktir kita.
Kekristenan adalah agama anugerah, yang totally anugerah, bahkan response dari manusia sendiri juga adalah anugerah. Pengertian ini erat kaitannya dengan konsep providence (pemeliharaan) Allah. Konsep providentia dalam kehidupan Calvin sangatlah kuat. Dia sendiri adalah exile dari Prancis, dan setelah dia menetap di Geneva selama 20 tahun baru dia mendapatkan surat pengakuan kewarganegaraan. Dalam statusnya yang sebagai exile, ia lebih dapat menghayati dan menggumuli akan pemeliharaan Tuhan dalam hidupnya. Terkadang dalam kehidupan kita, kita merasa ada bagian dari kita atau talenta kita yang kita rasa layak dipakai oleh Tuhan, tetapi ternyata Tuhan tidak pakai hal itu. Malah ada bagian yang kita rasa tidak layak dipakai yang ternyata Tuhan pakai. Ini semua berada dalam kedaulatan Tuhan yang bermaksud menunjukkan / mendemonstrasikan anugerahnya.
Kiranya kita bisa diingatkan akan karya Kristus di salib dan menerimanya dengan rendah hati sebagai pembayaran penuh untuk penebusan dosa kita.
(Pdt. Billy Kristanto)
ringkasan belum dikoreksi oleh pengkhotbah