9. Lord's Day (Katekismus Heidelberg)
Q. 26. What believest thou when thou sayest, "I believe in God the Father, Almighty, Maker of heaven and earth"?
A. That the eternal Father of our Lord Jesus Christ (who of nothing made heaven and earth, with all that is in them; (a) who likewise upholds and governs the same by his eternal counsel and providence) (b) is for the sake of Christ his Son, my God and my Father; (c) on whom I rely so entirely, that I have no doubt, but he will provide me with all things necessary for soul and body (d) and further, that he will make whatever evils he sends upon me, in this valley of tears turn out to my advantage; (e) for he is able to do it, being Almighty God, (f) and willing, being a faithful Father. (g)
(a) Gen.1,2; Job 33:4; Job 38,39; Ps.33:6; Acts 4:24; Acts 14:15; Isa.45:7.
(b) Matt.10:29; Heb.1:3; Ps.104:27-30; Ps.115:3; Matt.10:29; Eph.1:11.
(c) John 1:12; Rom.8:15; Gal.4:5-7; Eph.1:5.
(d) Ps.55:23; Matt.6:25,26; Luke 12:22.
(e) Rom.8:28. (f) Rom.10:12; Luke 12:22; Rom.8:23; Isa.46:4; Rom.10:12.
(g) Matt.6:25-34; Matt.7:9-11.
Kalimat ‘I believe in God’ mengandung unsur ironi pada zaman ini, karena banyak manusia yang mengatakan bahwa ‘I do not believe there is God’ padahal bahkan setan pun percaya bahwa Tuhan itu ada (Yak 2:19). Jadinya setan, si pendusta, lebih theist daripada orang yang mengaku diri atheist.
Ketika seseorang mengatakan bahwa dia percaya atau ‘believe’, maka sebenarnya:
1. dia setuju akan informasi atau fakta tertentu (cognitive)
2. dia beriman, dan melalui imannya ia mencoba untuk lebih mengerti dan mendalami apa yang ia imani (faith seeking understanding)
3. dia percaya di dalam hati dan disertai dengan suatu komitmen hidup, di mana dia berani mempertaruhkan hidupnya demi apa yang ia percayai.
Ketiga aspek yang terkandung dalam kata ‘believe’ seperti yang diutarakan tersebut hendaknya ada dalam hidup kita sebagai orang Kristen.
Konon cerita ada seorang akrobat yang terkenal dan pada suatu saat dia mengadakan suatu pertunjukan akbar di mana dia akan menyeberangi Niagara fall dari satu sisi ke sisi lain dengan berjalan di atas seutas tali yang ditegangkan. Ketika ia menanyakan ke para penonton, apakah mereka percaya bahwa ia dapat menyeberangi Niagara fall tersebut, para penonton menjawab dengan satu suara ‘iya’. Lalu ia pun membuktikannya. Setelah ia sampai ke sisi seberang air terjun itu dengan selamat, ia kembali mengajukan suatu pertanyaan. Ia bertanya jikalau para penonton percaya bahwa ia bukan saja dapat menyeberangkan diri sendiri, tetapi ia juga dapat membawa satu orang di pundaknya dan bersama-sama menyeberangi air terjun itu. Para penonton kembali menjawab dengan satu suara ‘iya’. Kemudian ia menanyakan, jika memang mereka percaya, siapa dari antara penonton itu yang mau naik di pundaknya dan menyeberang bersama? Tidak seorangpun yang mau menerima tawaran tersebut. Memang mudah menyatakan percaya di mulut tetapi ketika kita harus mempertaruhkan hidup kita atas apa yang kita percayai, ini menjadi sangat sulit.
Kita melihat sekarang ke pribadi pertama dari Allah Tritunggal, yaitu Allah Bapa. Secara logis (bukan kronologis), Allah Anak diperanakkan oleh Allah Bapa sejak dari kekekalan. Allah Bapa adalah sumber dari segala sesuatu dan segala ciptaan. Di sini dikatakan bahwa Allah Bapa yang Maha kuasa. Apa artinya Maha kuasa? Dalam bahasa Yunani, ada 2 arti dari kata ini, yaitu:
1. Kemampuan, dalam maksud Allah mampu melakukan hal ini dan itu. Kita mengerti bahwa tentu saja Allah mampu melakukan segala sesuatu, tetapi apakah bermaksud juga bahwa Allah dapat melakukan kejahatan? Ini mirip seperti menanyakan apakah Allah bisa membuat batu yang begitu besar sehingga dia sendiri tidak bisa mengangkatnya? Kita harus mengerti bahwa Allah mampu melakukan segala sesuatu sejauh itu sesuai dengan natur Allah dan menyatakan kesempurnaanNya.
2. Otoritas, seperti yang tertera dalam Matius 28:18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Di sini penekanannya adalah Allah sebagai Lord, Tuhan yang berotoritas dan berdaulat atas segala ciptaanNya.
Kita melihat lagi dikatakan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi. Untuk apakah semuanya itu? Kita sering mengatakan untuk kemuliaan Allah sendiri. Apakah ini berarti bahwa Allah itu narcist? Tidak, karena dalam ciptaan, ada rencana dan tujuan Allah yang baik dann yang membawa kebahagiaan bagi ciptaanNya. Ciptaan patut memuliakan Allah karena Allah layak menerimanya. Dan satu aspek penting lagi dari motivasi Allah dalam penciptaan yaitu Allah mau berelasi dengan ciptaanNya, dan mau manusia menikmati relasi tersebut.
Jadi kalau kita lihat lagi ke pertanyaan di depan mengenai believe atau percaya, apakah layak jika kita percaya kepada Allah sampai kita menyerahkan hidup kita kepadaNya? Kita tidak dipaksa percaya. Kita tidak datang kepada Allah dengan takut dan gentar karena Allah adalah monster yang mengancam kita dengan hal-hal yang jahat kalau kita tidak percaya. Tetapi kita datang kepada Allah karena kita percaya bahwa Allah adalah Allah yang layak dipercaya. Ia berkuasa dan mengasihi. Ia tidak mengecewakan bahkan dalam kesulitan dan kesusahan.
(Ev. Steve Hendra)
Ringkasan belum dikoreksi oleh pembicara