Kami senang atas kunjungan anda ke website kami. Kami berharap Saudara mendapatkan informasi yang diperlukan dan semoga artikel-artikel yang dimuat dapat menjadi berkat juga. Terlebih lagi, kami berharap bisa bersekutu bersama dengan Saudara di Kebaktian Minggu.
Ringkasan PA 18 April 2009
Q. 12. Menurut penghakiman Tuhan yang adil, kita sepatutnya menerima hukuman sementara dan kekal. Apakah tidak ada jalan di mana kita dapat menghindari hukuman tersebut dan dapat diterima kembali oleh Tuhan?
Tuhan akan menuntut keadilanNya dipenuhi: (a) dan karena itu kita harus memenuhinya dengan diri kita sendiri atau dengan yang lain. (b)
(a) Ezek.18:4 Behold, all souls are mine; as the soul of the father, so also the soul of the son is mine: the soul that sinneth, it shall die.; Matt.5:26 Verily I say unto thee, Thou shalt by no means come out thence, till thou hast paid the uttermost farthing.; Luke 16:2 And he called him, and said unto him, How is it that I hear this of thee? give an account of thy stewardship; for thou mayest be no longer steward.
(b) Rom.8:3,4 For what the law could not do, in that it was weak through the flesh, God sending his own Son in the likeness of sinful flesh, and for sin, condemned sin in the flesh: v4 That the righteousness of the law might be fulfilled in us, who walk not after the flesh, but after the Spirit.
Ada berapa cara untuk memenuhi tuntutan keadilan Tuhan?
2 cara: dengan diri kita sendiri atau dengan orang lain - substitusi (metode yang dinyatakan dalam Injil dan diijinkan Tuhan dalam belas kasihanNya, dan tidak diajarkan di dalam Taurat, tetapi juga tidak dilarang, dan bahkan ada bayang2nya dalam upacara keagamaan Yahudi, eg. Im 16)
Apakah substitusi itu fair?
=> banyak keberatan2 dari orang yang tidak percaya (merasa diri lebih adil dari Allah, merasa diri mampu menanggung konsekuensi dosa sendiri) => implikasi: menganggap remeh dosa sendiri dan menganggap tinggi kemampuan sendiri
=> bersifat menumpulkan, menawarkan, membuat mudah (ciri khas konsep agama dari manusia) => konklusi: manusia dapat memberikan pembenaran terhadap diri sendiri
Sedangkan konsep Alkitab bersifat menegangkan, mengontraskan => manusia tidak mampu, hanya Tuhan yang mampu.
Apakah pembenaran untuk manusia mungkin?
Tidak mungkin bagi manusia, tapi mungkin bagi Allah.
Mungkin, hanya karena: kebaikan dan kasih Tuhan, hikmat Tuhan dan kuasa Tuhan yang tidak terhingga. Bahkan ketika Adam jatuh dalam dosa, Tuhan telah memberikan pengharapan keselamatan, yaitu keturunan wanita akan meremukkan kepala ular.
Q. 13. Dapatkah kita sendiri memenuhi tuntutan tersebut?
Tidak mungkin; malah kita setiap hari menambah hutang kita. (a)
(a). Job 9:2,3 I know it is so of a truth: but how should man be just with God? v3 If he will contend with him, he cannot answer him one of a thousand. ;Ps.130:3 If thou, LORD, shouldest mark iniquities, O Lord, who shall stand?
Bagaimana kita setiap hari menambah hutang kita?
Kita tidak dapat memenuhi tuntutan keadilan dari Tuhan dengan ketaatan karena kita gagal untuk mentaati Tuhan setiap saat. Ketaatan sekarang hanya cukup untuk menutupi tuntutan sekarang (moment by moment). Konsep double merit juga tidak berlaku (menabung ketaatan untuk memenuhi tuntutan sekarang dan masa depan). Setiap kali tidak taat kita menambah hutang, dan ini tidak dapat dibayar dengan ketaatan melainkan dengan hukuman.
Hukuman yang seperti apa yang dapat memuaskan keadilan Tuhan?
Dosa kita yang tak terhingga layak menerima hukuman yang tak terhingga (kematian kekal).
Bisakah kita menanggung hukuman sementara yang beratnya sama dengan hukuman kekal sehingga kita tidak perlu masuk ke kematian kekal?
Tidak.
Q. 14. Apakah dapat ditemukan, satu, yang hanya ciptaan, yang dapat memenuhi keadilan Tuhan demi kita?
Tidak ada, pertama karena Tuhan tidak akan menghukum makhluk lain karena dosa yang telah dilakukan manusia; (a) dan terlebih, tidak ada ciptaan yang dapat menanggung beban amarah Tuhan yang kekal terhadap dosa, sehingga ia dapat menyelamatkan orang lain dari hukuman tersebut. (b)
Orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati (Ez 18:4),
karena itu Tuhan menuntut pemenuhan keadilan dari manusia sendiri, dan tidak dari ciptaan lain.
(b) Nah.1:2-6 Who can stand before his indignation? and who can abide in the fierceness of his anger? his fury is poured out like fire, and the rocks are thrown down by him.
Hukuman terhadap suatu ciptaan tidak mempunyai nilai yang cukup untuk menebus dosa kita.
Q. 15. Kalau demikian, mediator dan juruselamat seperti apakah yang harus kita cari?
Satu yang sesungguhnya adalah manusia, dan sempurna (a) dalam kebajikannya; (b) dan juga lebih berkuasa dari segala ciptaan; yaitu, satu yang sesungguhnya juga adalah Tuhan. (c)
(a) 1 Cor.15:21 For since by man came death, by man came also the resurrection of the dead.
(b) Heb.7:26 For such an high priest became us, who is holy, harmless, undefiled, separate from sinners, and made higher than the heavens
(c) Isa.9:6 For unto us a child is born, unto us a son is given: and the government shall be upon his shoulder: and his name shall be called Wonderful, Counsellor, The mighty God, The everlasting Father, The Prince of Peace.; Jer.23:5,6 Behold, the days come, saith the LORD, that I will raise unto David a righteous Branch, and a King shall reign and prosper, and shall execute judgment and justice in the earth. v6 In his days Judah shall be saved, and Israel shall dwell safely: and this is his name whereby he shall be called, THE LORD OUR RIGHTEOUSNESS.
Apakah mediator yang ’hanya’ Tuhan bisa menjadi juruselamat?
Tidak bisa karena:
- Manusia dan bukan Tuhan yang telah berdosa
- Mediator harus menderita dan mati untuk dosa2 manusia, sedangkan Tuhan sendiri tidak bisa menderita ataupun mati.
Kristus telah memenuhi tuntutan hukum dengan: ketaatanNya yang sempurna dan menanggung hukuman kita (Ia tidak menambah hutang manusia, tetapi menebus hutang kita) Kontras: kita berhutang tapi Kristus memiliki anugerah berkelimpahan. Konsep yang selalu benar: yang lebih baru bisa memberi kepada yang kurang.
Apakah syarat2 mediator yang dipenuhi Yesus?
Yesus sebagai Juruselamat yang mensubstitusikan kita memiliki syarat2 berikut:
- Ia tidak berdosa
- Ia mempunyai nature yang sama dengan mereka yang ia tebus
- Ia memberikan dirinya sendiri secara sukarela sebagai korban
- Ia dapat endure dan keluar sebagai pemenang dari hukuman ini (tidak ada ciptaan yang dapat menanggung hukuman temporal yang mempunyai bobot sama seperti hukuman kekal yang ditimpakan ke manusia dan juga kemudian dapat endure dan keluar dengan selamat dari hukuman yang demikian beratnya)
- Ia dapat memperbaharui dan menyucikan nature berdosa kita
- Ia mempunyai motivasi: kemuliaan Tuhan dan keselamatan bagi manusia
Semoga kita dapat semakin menghayati kebaikan dan kasih Tuhan, hikmat Tuhan dan kuasa Tuhan yang tidak terhingga. Dan juga ingat, bahwa kita telah dibayar dengan mahal, karena itu hendaklah kita terus bergumul untuk memuliakan Dia dalam hidup kita (I Kor 6:19-20)
(Surya Kusuma)
Ringkasan PA 4 April 2009
Q. 9. Does not God then do injustice to man, by requiring from him in his law, that which he cannot perform?
A. Not at all; for God made man capable of performing it; but man, by the instigation of the devil, and his own wilful disobedience, deprived himself and all his posterity of those divine gifts.
Dikatakan bahwa manusia masuk dalam dosa bukan karena Tuhan tidak memampukan manusia untuk melakukan hukum yang diberikan, melainkan karena manusia sendiri yang tidak mentaati hukum yang diberikan Tuhan. Eph 4:24 menyatakan bahwa manusia baru itu diciptakan oleh Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
Sering orang berkata bahwa orang mati dalam dosa bukan karena dosanya tetapi karena Tuhan yang tidak mau menyelamatkan. Pendapat demikian mirip dengan ilustrasi orang menyetir mobil yang mengebut kemudian dia tabrakan dan diambang kematian. Kemudian dokter datang ke lokasi kecelakaan, tetapi terlalu telat dan orang tersebut telah meninggal. Dalam keadaan demikian, si penyetir itu meninggal karena dia mengebut atau karena dokternya datang telat? Kita tentunya bilang dia meninggal karena mengebut. Demikian juga dengan keadaan kita yang mati dalam dosa karena keberdosaan kita sendiri, bukan karena Tuhan tidak menyelamatkan kita.
Point penting yang kita perlu ingat: we are saved by God’s grace but we are condemned because of our own sinfulness. Terkadang kita begitu ingin memasukkan kebenaran Firman dalam bentuk cause and effect di dalam logika kita, sehingga jadinya sulit bagi kita untuk melihat bahwa kedaulatan Tuhan dapat berjalan parallel dengan kebebasan manusia.
Dalam kasus lain, sering orang ‘membela’ Yudas yang dikatakan ikut serta dalam menggenapi rencana keselamatan Allah kepada manusia, sehingga ia tidak layak menerima hukuman. Tetapi harus ditekankan bahwa Yudas binasa karena ketidakpercayaan dia sendiri. Kita bisa melihat bahwa Yudas itu salah satu orang yang mendapat begitu banyak berkat di sepanjang sejarah manusia. Ia sempat menjadi murid Tuhan Yesus secara pribadi selama 3.5 tahun dan mengikuti, menyaksikan dan mendengarkan semua yang diperbuat dan dikhotbahkan dan dihidupi oleh Tuhan Yesus. Dan ia juga memiliki teman-teman sepelayanan seperti Yohanes, Petrus dan Yakobus dan murid-murid lainnya. Tetapi ia mengeraskan hatinya dan karena itu akhirnya ia mati di dalam dosanya.
Q. 10. Will God suffer such disobedience and rebellion to go unpunished?
A. By no means; but is terribly displeased with our original as well as actual sins; and will punish them in his just judgment temporally and eternally as he has declared, "Cursed is every one that continueth not in all things, which are written in the book of the law, to do them."
Hukum atau Law memberikan kita suatu patokan, jika kita melanggar maka kita akan dihukum.
Orang-orang sekarang agak takut akan yang namanya Law atau hukum, terutama mungkin di Eropa karena hukum dikaitkan dengan otoritarian yang sering dikaitkan dengan tipe pemerintahan otoritarian yang negativ seperti waktu Hitler. Sehingga lebih ada tendensi untuk memegang konsep kebebasan manusia daripada hukum yang seakan-akan mengekang.
Tiga fungsi hukum (sering diasosiasikan dengan penjara) yaitu:
- Mengurung penjahat agar tidak berbuat kejahatan selanjutnya
- Menghukum penjahat untuk kejahatan yang telah diperbuat
- Rehabilitasi penjahat untuk menjadi lebih baik
Kalau kita mengerti betapa seriusnya dosa dan bagaimana seharusnya kita dihukum dengan demikian berat (upah dosa adalah maut), maka kita tidak akan melihat anugerah Tuhan sebagai cheap grace (seperti yang diperingatkan Dietrich Boenhoffer).
Q. 11. Is not God then also merciful?
A. God is indeed merciful, but also just; therefore his justice requires, that sin which is committed against the most high majesty of God, be also punished with extreme, that is, with everlasting punishment of body and soul.
Kita mengenal Tuhan yang tidak berubah, itu betul, tetapi kita tidak bisa mengesampingkan hubungan yang dinamis juga antara Tuhan dan manusia. Pada saat tertentu Tuhan berkenan kepada umatNya, yaitu ketika mereka melakukan kehendakNya. Pada saat umatNya melawan, amarah Tuhan juga nyata akan umatNya. Ada dinamika dalam hubungan ini.
Demikian dengan kehadiran Tuhan juga. Tuhan maha hadir (omnipresent) tetapi kehadiran Tuhan tidak selalu sama. Tuhan hadir dalam kemurkaanNya ketika orang Israel menyembah lembu emas, tetapi Tuhan hadir juga dalam kesucianNya di kemah Perjanjian. Kehadiran Tuhan di dalam gereja dan di tengah-tengah alam ciptaanNya juga tidaklah sama. Dengan demikian janganlah orang berkata bahwa dia tidak perlu ke gereja karena dia juga dapat menikmati keberadaan Allah ditengah-tengah keindahan alam yang dia alami di gunung pada hari Minggu.
Tuhan penuh dengan belas kasihan, dan sebagai orang Kristen yang telah menerima belas kasihan Tuhan, kita harus menjadi reflektor (seperti bulan yang adalah reflektor sinar matahari) akan belas kasihan Tuhan kepada orang lain. Orang Kristen yang bertumbuh akan belajar menanggung orang lain. Sewaktu kita masih bayi dalam iman, orang lain yang menanggung kelemahan kita. Setelah kita dewasa, kita belajar menanggung kelemahan orang lain. Paulus sendiri memberikan contohnya dalam hal ini. Ia begitu sabar terhadap jemaat di Korintus yang begitu bermasalah. Lain halnya dengan orang Farisi. Orang Farisi sendiri sebenarnya belumlah menerima belas kasihan daripada Tuhan, karena mereka merasa dengan sendirinya mampu memenuhi Taurat. Mereka tidak pernah melihat kelemahan atau kegagalan sendiri sehingga tidak merasa perlu menerima belas kasihan dari Tuhan. Dengan demikian, mereka tidak mungkin bisa menunjukkan belas kasihan kepada orang lain.
Dalam mencari gereja, baiklah kita pergi ke gereja di mana doktrin yang benar diajarkan. Kalau doktrin di gereja sudah salah, baiknya kita pindah saja. Tetapi jikalau kemudian kita mendapatkan gereja dengan doktrin yang benar, tetapi pemimpin gereja mempunyai kelemahan tertentu, hendaklah kita sebagai jemaat dan pendengar belajar rendah hati dan masih mau belajar dari kebenaran Tuhan. Tuhan Yesus sendiri mengatakan dalam Matius 23 agar murid-muridnya mendengarkan dan melakukan apa yang diajarkan oleh orang-orang Farisi tetapi jangan melakukan seperti apa yang dilakukan orang Farisi. Kebenaran Firman Tuhan adalah tetap dan menjadi patokan bagi kita semua.
Dari pembawa Firman sendiri harus ada tuntutan diri yang lebih, sehingga action/tindakan kita harus semakin mendekati perkataan kita. Pembawa Firman yang demikian akan semakin dipakai Tuhan dalam pelayanannya dan semakin diberikan kuasa dari Tuhan.